Sugeng rawuh ing "Sinau Jawa". Blog menika minangka salah satunggalipun pambudidaya nguri-uri kabudayan Jawa, tilaranipun linuhung Jawa. Nyuwun Pangapunten awit kathah kekiranganipun. Matur nuwun.

This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.This theme is Bloggerized by Lasantha Bandara - Premiumbloggertemplates.com.

Monday, 7 October 2013

Sekilas tentang Lakon Wayang



Pengertian lakon
Pertunjukan wayang kulit purwa, lazim disebut pakeliran. Jika orang melihat sebuah pertunjukan wayang, sebenarnya yang dilihat adalah pertunjukan lakon. Oleh karena itu, kedudukan lakon dalam pakeliran sangat penting sifatnya. Melalui garapan lakon, terungkap nilai-nilai kemanusiaan yang dapat memperkaya pengalaman kejiwaan.
Dikalangan pedalangan pengertian Lakon sangat tergantung dengan konteks pembicaraannya. Lakon dapat diartikan alur cerita, atau judul cerita, atau dapat diartikan sebagai tokoh utama dalam cerita (Kuwato dalam Murtiyoso. 2004).
Selain itu lakon merupakan salah satu kosakata bahasa Jawa, yang berasal dari kata laku yang artinya perjalanan atau cerita atau rentetan peristiwa (Murtiyoso. 2004). Jadi lakon wayang adalah perjalanan cerita wayang atau rentetan peristiwa wayang. Perjalanan cerita wayang ini berhubungan dengan tokoh-tokoh yang ditampilkan sebagai pelaku dalam pertunjukan sebuah lakon. Kemudian di dalam sebuah cerita wayang akan muncul permasalahan, konflik-konflik dan penyelesaiannya ini terbentang dari awal sampai akhir pertunjukan (jejer sampai dengan tancep kayon) dengan wujud kelompok unit-unit yang lebih kecil yang disebut adegan. Unit adegan yang satu dengan adegan yang lain, saling terkait, baik langsung maupun yang tidak langsung membentuk satu sistem yang disebut lakon. 

Judul lakon
Judul lakon adalah suatu nama untuk menunjuk rentetan peristiwa tertentu. Fungsinya sebagai pembatas atau pembeda antara satu kelompok peristiwa, dengan kelompok peristiwa yang lain. Hal ini tampak jelas apabila judul lakon itu merupakan suatu bagian dari cerita besar, misalnya, cerita perang Baratayudha. Peristiwa kepergian Kresna ke Hastina sebagai duta dibatasi dalam judul Kresna Duta, peristiwa tampilnya Bisma ke medan perang sampai gugur, dibatasi dengan judul Bisma Gugur, begitu seterusnya.
Meskipun lakon yang dipentaskan adalah lakon carangan (Lakon carangan, adalah merupakan lakon yang digubah dari lakon pokok, yang kenudian dikembangkan sendiri. Bahkan bisa diurai lagi, menjadi cerita-cerita yang lain lagi), tetapi lakon itu tentu dikaitkan dengan suatu kehidupan tokoh wayang dalam episode tertentu. Misalnya, lakon carangan ‘Parta Krama’ (Kisah Arjuna merebut Sumbadra), dalam pakeliran tradisi gaya keraton Yogyakarta, dibuat menjadi berseri, yakni Srikandi Maguru Manah, Abimanyu Lahir, Sumbadra Larung. Sedangkan lakon carangan ‘Parta Krama’ diambil dari Kakawin Sumbadra Wiwaha, yang merupakan bagian dari Adiparwa.

Pertumbuhan dan Perkembangan Lakon
Lakon wayang sudah diketahui sejak tahun 907 seperti yang tersurat dalam prasasti Balitung (Zoetmulder. 1983). Dari isi prasasti Balitung dapat diketahui bahwa kedua epos besar yang berasal dari India yaitu wiracarita Mahabarata dan Ramayana telah dipertunjukkan pada masa itu.
Akan tetapi dalam perkembangan selanjutnya di Indonesia, epos Mahabarata dan Ramayana ini oleh para pujangga atau genius lokal telah dimodifikasi sedemikian rupa (penambahan dan perubahan) dalam kurun waktu yang sangat panjang untuk diselaraskan dengan situasi dan kondisi nilai budaya setempat. Oleh karena itu terdapat banyak hal yang tidak kita dapatkan dalam epos Mahabarata dan Ramayana yang “asli”, seperti misalnya tokoh Pancawala. Tokoh Pancawala ini di Indonesia adalah hasil perkawinan antara Drupadi dan Puntadewa, padahal dalam Mahabarata India kita ketahui Drupadi kawin dengan ke lima Pandawa dan dari hasil perkawinan itu lahirlah seorang anak laki-laki.

Tokoh punakawan yaitu, Semar, Gareng, Petruk dan Bagong ternyata juga tidak didapatkan dalam epos India itu. Demikian juga lakon-lakon carangan termasuk sinkretisme (percampuran antara cerita Ramayana dan Mahabarata di dalam lakon pedalangan Jawa), juga tidak diketahui dalam cerita Ramayana dan Mahabarata yang asli.

Banyak sumber lakon wayang purwa menjelaskan (Murtiyoso. 2004), bahwa Prabu Dharmawangsa Teguh, seorang raja yang bertahta di Jawa Timur (tahun 997-1007) menterjemahkan beberapa bagian dari Ramayana dan Mahabarata yang berbahasa Sansekerta ke dalam bahasa Jawa Kuna atau Kawi dalam bentuk prosa, diantaranya adalah,

a. Utarakanda di antaranya berisi cerita tentang leluhur Dasamuka, Dasamuka Lahir, Arjuna Sastrabahu, dan cerita tentang Dewi Shinta.
b. Adiparwa di antaranya berisi cerita Dewi Lara Amis, Bale Sigala-gala, Arimba Lena, Peksi Dewata, Kala Rahu (Rambu Culung atau terjadinya gerhana matahari), dan cerita lahir-lahiran termasuk perkawinan Arjuna dan Sumbadra.
c. Subhaparwa berisi cerita Pandawa Dadu
d. Wirathaparwa berisi cerita Jala Abilawa dan Wirarha Parwa
e. Udyagaparwa di antaranya berisi cerita Kresna Gugah
f. Bismaparwa berisi cerita Bisma Gugur dan lain-lain (Poerbatjaraka, 1952)

Raja-raja Jawa yang lain setelah Prabu Dharmawangsa Teguh, setelah raja Kediri, Majapahit, Demak, Kartasura, dan Surakarta, banyak menghasilkan karya-karya sastra, diantaranya lakon-lakon wayang, seperti misalnya, lakon Kresna Kembang di ambil dari Kitab Kresnayana; lakon Ciptoning dari Kitab Arjunawiwaha; lakon Dasarata Lahir diambil dari Kitab Sumanasantaka; Betara Gana Lahir diambil dari Smaradahana, dan lain sebagainya.

Judul-judul lakon yang bersumber dari serat-serat seperti yang telah disebutkan, dan diantaranya masih dipentaskan oleh para dalang sampai sekarang. Namun sampai kurun waktu tertentu, wujud lakon di dalam pakeliran yang meliputi teknis pakeliran, alur lakon, bangunan lakon maupun garap lakonnya, baru dapat memperoleh gambaran, setelah munculnya pakem pedalangan-pedalangan di awal tahun 1930-an untuk panduan para siswa pedalangan, yang diprakarsa oleh Keraton Surakarta, Yogyakarta dan Mangkunegaran. Wujud pakeliran pada setiap generasi, sebelum dan sesudah adanya pakem, selalu mengalami perubahan, baik bentuk maupun isinya.

Pada masa seputar kemerdekaan penyelenggaraan pertunjukan wayang terkait erat dengan kegiatan ritual, seperti suran, sedhekah bumi, sandranan dan semacamnya, maka lakon-lakon wayang yang beredar waktu itu – kecuali lakon-lakon lama yang telah ada – juga lakon-lakon ruwatan seperti Sudamala, Tudhungkala, Murwakala, Babat Wanamarta, Udan Mintaya dan lain-lain. Selain itu pertunjukan wayang juga digunakan untuk menyertai hajat yang berhubungan dengan daur hidup manusia, seperti mitoni, kelahiran, tetakan atau supitan, perkawinan, nyewu, dan sebagainya. Untuk hajat perkawinan lakon-lakon yang ditampilkan, adalah lakon-lakon raben, diantaranya Parta Krama, Wisanggeni Krama dan sejenisnya, juga untuk berbagai macam hajatan keluarga seringkali dipentaskan lakon jenis wahyu. Lakon-lakon wahyu ini, juga beredar di masyarakat pedalangan, misalnya, Makutharama, Purba Kayun, Trimanggala, Cangkir Gadhing, dan lain-lain.

Kemudian pada perkembangannya muncul lakon-lakon baru yang disebut lakon carangan, dan ketentuan-ketentuan tersebut masih berlaku dan dimainkan oleh para dalang hingga saat ini. Pada perkembangannya kemudian dari hasil wawancara diperoleh keterangan bahwa hampir semua dalang mengaku, pernah menyusun, menggubah dan atau mencipta lakon. Lahirnya lakon-lakon carangan ini merupakan ekspresi seniman dalang yang terpacu oleh faktor internal dan eksternal untuk memenuhi tuntutan jaman, karena lakon-lakon yang telah ada kemungkinan tidak lagi dapat menampung permasalahan-permasalahan yang ada di dalam masyarakatnya (Murtiyoso. 2006).

Penggolongan jenis lakon
Penggolongan jenis lakon wayang kulit purwa, dapat digolongkan menurut jenisnya, misalnya jenis wahyu, raben, lahir, mukswa dan lain-lain. Tujuan dari penggolongan jenis lakon yang dimaksudkan, adalah untuk memahami karakteristik lakon, yang sebelumnya (Murtiyoso. 2006) mengalami kesulitan dalam menggolongkan jenis lakon tersebut. Karena beragamnya lakon-lakon wayang yang diantaranya disebabkan adanya tumpang tindihnya alur, maka jenis lakon digolongkan berdasarkan judul-judul lakon dan peristiwa terpenting yang terjadi dalam suatu kelompok lakon. untuk mempermudah penggolongannya (Murtiyoso dan Suratno. 1992)

Penggolongan berdasarkan judul lakon dapat digolongkan menjadi jenis lahiran, raben, alap-alapan, gugur atau lena, mbangun, jumenengan, wahyu, nama tokoh, banjaran dan duta. Sedangkan penetapan jenis lakon berdasarkan peristiwa terpenting yang terjadi dalam suatu kelompok lakon, antara lain jenis paekan, kraman, asmara, wirid, ngenger, kilatbuwanan, perang ageng, dan boyong. Selanjutnya secara singkat akan diuraikan masing-masing jenis lakon yang digolongkan berdasarkan kedua criteria itu berikut ciri pokok dengan contohnya (Mutiyoso, dkk. 2004)

Penggolongan Berdasarkan Judul Lakon (Mutiyoso, dkk. 2004)
1. Jenis lahiran: ciri pokok lakon jenis lahiran adalah, bahwa dalam lakon ini terjadi kelakiran seorang tokoh wayang. Contoh: Setyaki Lahir, Abimanyu Lahir, Wisanggeni Lahir dan lain-lain.
2. Jenis raben: seperti halnya lakon jenis lahiran, di dalam lakon jenis raben atau krama ini terjadi perkawinan atau krama seorang tokoh wayang. Contoh: Parta Krama, Rabine Gathotkaca, Palasara Krama, Irawan Rabi, dan sejenisnya.
3. Jenis alap-alapan: dalam jenis alap-alapan ini, ceritanya terjadi perebutan putri raja diantara para satria atau raja dari berbagai tempat, misalnya, alap-alapan Sukesi, Alap-alapan Dursilawati, Alap-alapan Setyaboma, dan sejenisnya. Mirip dengan lakon alap-alapan ini adalah lakon dengan judul sayembara, misalnya, Sayembara Kasipura, Gandamana Sayembara, dan Sayembara Mantili.
4. Jenis gugur atau lena: dalam lakon jenis ini terdapat meninggalnya seorang tokoh, misalnya Abimanyu Gugur, Gathotkaca Gugur, Salya Gugur, Dasamuka Lena, Kangsa Lena dan lain-lain.
5. Jenis mbangun: ciri pokok lakon jenis mbangun adalah adanya kegiatan pembangunan suatu tempat, misalnya mBangun Taman Maerakaca, mBangun Candi Saptarengga, Semar mBangun Gedhongkencana, Semar mBangun Klampis Ireng dan lain-lain.
6. Jenis jumenengan: di dalam lakon jenis jumenengan, terjadi kegiatan atau peristiwa pengukuhan atau penetapan seorang tokoh menjadi raja, misalnya Jumenengan Parikesit, Jumenengan Puntadewa, Jumenengan Kakrasana dan sejenisnya.
7. Jenis wahyu: isi pokok lakon jenis wahyu adalah peristiwa pemberian anugerah (wahyu) dari dewa kepada tokoh wayang tertentu karena keberhasilan atau jasa tokoh tertentu ini kepada dewa. Contoh: Wahyu Eka Bawana, Wahyu Trimanggala, Wahyu Payung Tunggulnaga, dan sejenisnya.
8. Jenis nama tokoh: ciri lakon wayang jenis nama tokoh yang dimaksudkan di sini adalah pertunjukan lakon wayang yang diberi judul dengan hanya menyebut nama tokoh wayang, dan nama tokoh ini, biasanya nama tokoh utama dalam peristiwa lakon. Misalnya: Begawan Kilatbuwana, Begawan Lomana, Mayangkara, Begawan Ciptoning, Watugunung, Begawan Dwihastha dan sejenisnya.
9. Jenis banjaran: adalah penggabungan beberapa lakon yang menceritakan seorang tokoh dari lahir sampai mati dalam satu kesatuan pentas. Contoh: Banjaran Bima, Banjaran Karna, Banjaran Gatutkaca, dan sejenisnya.
10. Jenis duta: ciri lakon jenis duta adalah adanya seorang tokoh wayang yang mendapat tugas menjadi duta dari seorang raja agar dapat menyelesaikan suatu masalah. Contoh: Anoman Dhuta, Kresna Dhuta, Drupada Dhuta, dan sejenisnya.

Penggolongan Jenis Lakon berdasarkan Peristiwa Penting (Mutiyoso, dkk. 2004)
1. Jenis paekan: ciri lakon jenis paekan adalah adanya rencana secara licik seseorang atau kelompok tokoh wayang untuk mencelakakan tokoh wayang yang lain. Misalnya: Gandamana Luweng, Gatutkaca Sungging, Kresna Cupu, Sinta Ilang, dan sejenisnya.
2. Jenis kraman: ciri lakon jenis kraman adalah adanya peristiwa pemberontakan atau makar, baik secara terang-terangan maupun terselubung. Misalnya: Brajadhenta mBalela, Kangsa Adu Jago, dan Jagal Abilawa.
3. Jenis asmara: ciri lakon jenis asmara adalah adanya kisah pokok tentang seorang tokoh yang jatuh cinta dengan lawan jenisnya. Misalnya: Sumbadra Larung, Petruk Gandrung, Irawan Maling, dan sejenisnya.
4. Jenis wirid: ciri pokok lakon jenis wirid adalah mengisahkan seorang tokoh wayang yang mendambakan hakekat kehidupan yang sempurna. Contohnya Kunjarakarna, Ciptaning, Bimasuci dan sejenisnya.
5. Jenis ngenger: jenis lakon ngenger ini mengisahkan adanya seorang tokoh wayang yang ingin mengabdikan diri kepada suatu negara atau raja. Contoh: Sumantri Ngenger, Wibisana Suwita, dan Trigangga Suwita.
6. Jenis kilatbuwanan: yang digolongkan ke dalam jenis kilatbuwanan ini adalah lakon-lakon yang memiliki ciri-ciri alur cerita mirip lakon Kilatbuwana. Adapun ciri-ciri itu diantaranya adalah: adanya seorang pendeta di Astina yang sanggup membatalkan perang Baratayuda dengan sarana membunuh tokoh penting yang berpihak kepada Pandawa, seperti Kresna, Anoman, Semar beserta anak-anaknya. Tokoh-tokoh yang akan dibunuh ini selalu terhindar dari kematian, dan beralih rupa menjadi pendeta. Pendeta baru inilah yang dapat membuka kedok pendeta palsu di Astina tersebut menjadi tokoh asli yaitu Guru, Durga, Rahwana atau Kala. Contoh: Begawan Lomana, Begawan Warsitajati, Kresna Cupu dan sejenisnya.
7. Jenis perang ageng: jenis lakon perang ageng adalah mengisahkan adanya tragedi perang besar serta melibatkan tokoh-tokoh penting. Contohnya: Baratayuda (Pandawa melawan Kurawa), Pamuksa (Tremboko melawan Pandu), Guntarayana (Ciptoning melawan Niwatakawaca) Gojalisuta (Kresna melawan Bomanarakasura) dan sejenisnya.
8. Jenis boyong: ciri lakon boyong adalah mengisahkan adanya perpindahan seseorang atau kelompok tokoh wayang dari satu tempat ketempat lain. Contoh: Srimulih, Pendawa Boyong, Sinta Boyong, Semar Boyong dan sejenisnya.
Dikutip dari Disertasi Ismoerdijahwati Koeshandari Rahayu
(Tulisan ini diambil dari/sumber: http://wayangprabu.com/2013/03/27/sekilas-tentang-lakon-wayang/#more-13259 Klik laman Wayangprabu.cpm
Share:

GATOTKACA - versi jawa kuna

GATOTKACA - versi jawa kuna
dari ADIPARVA - Bahasa Jawa Kuna dan Indonesia
oleh P.J. Zoetmulder, penerbit Paramita - Surabaya 2006
(bab XV- hal 232)

Sang Bhima dibawa terbang ke gunung Srngga. Maka lalu berhias diri, segala sesuatunya menyebabkan rupanya merindukan;
segala macam pakaian yang utama dikenakannya.
Karena itu Sang Bhima merasa senang, lalu berjalan-jalan di tempat yang sangat ramainya, tempat itu didatangi berdua.

Masuk taman dalam hutan itu, sampai di asrama, di gunung, habis didatanginya.
Mereka merasa senang. Akhirnya ia bercumbuan dengan sang Hidimbi,
dan berputera seorang (berbadan) raksasa,
tiksnadamstra taringnya tajam,
sutamranetra  matanya merah,
mahawaktra mulutnya lebar,
sangkukarna telinganya seperti lipung (tombak),
mahatanuh badannya besar,
mahajothawa perutnya (pun) besar,
mahabalah sangat saktinya dan kuat pula.
Balo 'pi yauwanam praptah karena anak lahir di hutan (menyebabkan) tiada takut akan segala macam bahaya.
Agrastah tiada kurang sedikitpun kebagusan perangainya,
manojawah jalannya sangat kencang, sama dengan jalan pikiran, kesaktiannya bagai kesaktian raksasa.

Maka anak itu menyembah ke pada ibu dan bapanya.
Ghatopamah kacokesi lagi pula kelihatan rambutnya lebat tidak teratur, sanggulnya seperti ghata (periuk)
Tasmad Ghatotkaca maka diberinya nama Ghatotkaca.
Sangat moleknya, diramalkan Batara Indra, kelak akan mendapatkan lipung Sang Karna.
Demikianlah anak Sang Bhima itu.

Sesudah sang Hidimbi berputera itu lalu kembali ke tempat Dewi Kunti diiringkan oleh Sang Bhima dan sang Ghatotkaca.
Bertemulah empat orang Pandawa dalam pesta, tiada kurang sedikitpun berkat kebesaran jiwa sang Hidimbi.

Kemudian datanglah Ghatotkaca minta supaya diberi petunjuk barang sesuatu yang baik dikerjkan dalam keadaan bahaya yang mungkin terjadi.
Sesudah menyembah dan minta diri ke pada Dewi Kunti dan lima orang Pandawa, iapun pergi bersama dengan ibunya.
Sang Pandawa ditinggalkannya.

(sumber waosan kapendhet saking Grup Wayang Nusantara (Indonesia) http://www.facebook.com/notes/wayang-nusantara-indonesian-shadow-puppets/gatotkaca-versi-jawa-kuna/10151514641601110)
Share:

Thursday, 26 September 2013

Tembang Dolanan Jawa

SLUKU-SLUKU BATHOK

Sluku-sluku bathok
bathoke ela-elo
si romo menyang solo
oleh-olehe payung moda
tak jenthir ololobah
wong mati ora obah
yen obah medeni bocah
yen urip nggoleko dhuwit



PITIK TUKUNG

Aku duwe pitik pitik tukung
Saben dina tak pakani jagung
Petok gok petok petok ngendok pitu
Tak ngremake netes telu
Kabeh trondol trondol tanpa wulu
Mondol mondol dol gawe guyu



ILIR-ILIR

Lir ilir..lir ilir..tanduré wus sumilir Tak ijo royo-royo..taksengguh temantèn anyar
Cah angon.cah angon..pènèkké blimbing kuwi , Lunyu-lunyu ya pènèken kanggo masuh dodotira
Dodotira dodotira kumitir bedhah ing pinggir Dondomana jlumatana kanggo séba méngko soré Mumpung padhang rembulané
Mumpung jembar kalangané Ya suraka..surak horéé



KATE-KATE DIPANAH

Te kate dipanah
dipanah ngisor nggelagah
ana manuk ondhe ondhe
Mbok sir bombok bok sir kate
Mbok sir bombok mbok sir kate



MENTHOK-MENTHOK

Menthok menthok tak kandhani
Saksolahmu angisi-isini
Mbok ya aja ngetok
Ana kandhang wae
Enak-enak ngorok ora nyambut gawe
Menthok-menthok mung lakumu
Megal-megol gawe guyu



KUPU KUWI

Kupu kuwi tak encupe
Mung abure ngewuhake
Ngalor-ngidul
Ngetan bali ngulon
Mrana-mrene mung sak paran-paran
Mbokya mencok tak encupe
Mentas mencok clegrok
Banjur mabur kleper



JAGO KATE

Jago kate te te te
Kukukluruk … kok
Amecece ce ce ce
Kukukluruk
Dibalang watu bocah kuncung
Keok … kena telehe
Njranthal … pelayune
Mari umuk mari ngece
Si kate katon nyekukruk



PADANG MBULAN

Yo, poro konco dolanan ning jobo
Padang mbulan, padange koyo rino
Rembulane sing ngawe-awe
Ngelingake ojo podo turu sore



JAMURAN

Jamuran… jamuran…ya ge ge thok…
jamur apa ya ge ge thok…
Jamur payung, ngrembuyung kaya lembayung,
sira badhe jamur apa?



KODOK NGOREK

Kodok ngorek kodok ngorek ngorek pinggir kali
teyot teblung teyot teblungteyot teyot teblung
Bocah pinter bocah pinter besuk dadi dokter
bocah bodho bocah bodho besuk kaya kebo



KIDANG TALUN

Kidang talun
mangan gedang talun
mil kethemil…mil kethemil…
si kidang mangan lembayung



DHONDHONG APA SALAK
dhondhong apa salak dhuku cilik cilik
gendong apa mbecak mlaku thimik thimik
adhik ndherek ibu tindak menyang pasar
ora pareng rewel ora pareng nakal
mengko ibu mesthi mundhut oleh-oleh
kacang karo roti adhik diparingi



PITIK TUKUNG

Aku duwe pitik, pitik tukung..
saben dina, tak pakani jagung
petok gogok petok petok ngendhog siji,
tak teteske…kabeh trondhol..dhol..dhol..
tanpa wulu..megal-megol.. gol.. gol.. gawe guyu…



JARANAN

jaranan-jaranan… jarane jaran teji
sing numpak ndara bei
sing ngiring para mantri
jeg jeg nong..jeg jeg gung
prok prok turut lurung
gedebug krincing gedebug krincing
prok prok gedebug jedher



GUNDHUL-GUNDHUL PACUL

Gundhul gundhul pacul cul, gembelengan
nyunggi nyunggi wakul kul, petentengan
wakul ngglimpang, segane dadi sak latar
wakul ngglimpang, segane dadi sak latar



MENTHOK-MENTHOK

Menthok, menthok, tak kandani mung lakumu,
angisin-isini mbok yo ojo ngetok,
ono kandhang wae enak-enak ngorok,
ora nyambut gawe
menthok, menthok …
mung lakukumu megal megol gawe guyu



GAMBANG SULING

Gambang suling, ngumandhang swarane
tulat tulit, kepenak unine
uuuunine.. mung..nreyuhake ba-
reng lan kentrung ke-
tipung suling, sigrak kendhangane



SUWE ORA JAMU

Suwe ora jamu
jamu godong tela
suwe ora ketemu
ketemu pisan gawe gela
Share:

Kidung Rumeksa ing Wengi

KIDUNG RUMEKSA ING WENGI


--Dhandhanggula

ana kidung rumeksa ing wengi
teguh hayu luputa ing lara
luputa bilahi kabeh
jim setan datan purun
paneluhan tan ana wani
miwah panggawe ala
gunaning wong luput
geni atemahan tirta
maling adoh tan ana ngarah ing mami
guna duduk pan sirna.*

Tembang Dandhanggula isi donga tetulak iku riptane Kanjeng Sunan Kalijaga. Menawa ditembangake ing tengah wengi, sing ngrungokake, menawa sing krungu mau bisa nglaras lan ngrasakake sarana ati, atine bisa kaya kegeret menyang papan sing adoh nglangut . Apamaneh sing nembangake sawijining simbah karo ngendhong putune kang lagi nangis kepiyer tengah wengi kaya diganggu lelembut. Ditembangake kaya mengkono, putune kang isih bayi dadi meneng enggone nangis, keturon ing gendhongane simbahe. Jim setan sing maune ngganggu kaya padha sumingkir, wedi dening ukarane tembang kang nggeterake ngemu daya magis.

TEMBANG Dhandhanggula 10 gatra (larik) isi donga tetulak iku, ana maknane ing saben gatra, yaiku :

(1) Ana kidung rumeksa ing wengi, tegese, ana tembang kang ngreksa utawa ngayomi jroning wengi.

(2) Teguh hayu luputa ing lara, tegese, santosa bagas waras ora kena lelara.

(3) Luputa bilahi kabeh, tegese, kabeh sing bisa gawe bilahi padha sumingkir.

(4) Jim setan datan purun, tegese, bangsa lelembut ora ana sing gelem nganggu gawe.

(5) Paneluhan tan ana wani, tegese, santhet lan tenung uga ora ana sing tumama.

(6) Miwah panggawe ala, tegese, uga bisa slamet yen ana panggaawene wong ala.

(7) Gunaning wong luput, tegese, uga bisa slamet yen ana guna-guna kang amaeka.

(8) Geni atemahan tirta, tegese, senajan geni iku panas, ora kuwawa ngobong dheweke awit geni iku malih adhem kaya kesiram tirta ( banyu).

(9) Maling adoh tan ana kang ngarah ing mami, tegese, mengkono uga tekane maling saka adoh kang arep tumindak culika colong jupuk ing omahe sing ngidung iku, gagal wurung enggone tumindak ala.

(10) Guna duduk pan sirna, tegese, Guna saemper tenung lan santhet, uga sirna, ora tumama.

Mengkono isine donga tetulak ing tembang iku, kanggo nulak tekane samubarang kang kang ala saka panggawene jim setan lan cendhalane wong jail-methakil kang seneng maeka liyan.@

(Djajus Pete).- (sumber : https://www.facebook.com/basajawa)


Sumberipun (Klik)
Klik ugi
Kidung Rumeksa ing Wengi 
Share:

Tembung Camboran


Tembung Camboran utawa kata majemuk (komposisi) yaiku tembung loro utawa luwih sing digandheng dadi siji, lan tembung mau dadi tembung anyar sing tegese uda dadi melu anyar. Sing dikarepake anyar tegese dadi beda nalika tembung-tembung mau durung ditulis gandheng dadi tembung camboran.

Tuladha:
a. Lare angon tegese dudu bocah sing angon, nanging lare angon kuwi jenenge ula.
b. Buntut urang tegese dudu buntute urang nanging jenenge rambut sing njenthir ing githok.
c. Semar mendem tegese dudu semar sing lagi mendem nanging iku rane panganan sing digawe saka beras ketan.
d. Randha royal tegese dudu randha sing seneng royal nanging iku arane tape goreng.
e. Raja lele tegese dudu ratune lele nanging arane pari utawa beras.

Tembung camboran sing baku mung ana loro yaiku camboran wutuh lan camboran tugel.
a. Tembung camboran wutuh yaiku yen tembung sing dicambor isih wutuh.
     tuladha: dhadha menthok, raja lele, lsp.
b. Tembung camboran tugel yaiku menawa tembunge sing dicambor wis ora wutuh amarga diwancah utawa ditugel. sing ditugel bisa loro-lorone bisa uga mung salah siji tembunge.
    tuladha: panas atis --- dadi panastis; abot repot --- dadi botrepot; balung kulit --- dadi lunglit, lsp.

Share:

Tuladha cengkorongan Sesorah



Tuladha cengkorongan sesorah:
Sesorah Sukuran
a. Salam pambuka
b. Atur pakurmatan lan panyapa aruh (urut saka sing dikurmati dhewe)
c. Atur puji syukur
d. Atur pambuka
e. Isi/wigatine sesorah
f. Atur panyuwun/ajak-ajak jumbuh karo isine sesorah
g. Atur dedonga, pangajab lan njaluk pangapura
h. Salam panutuo
Share:

Tembung Kerata Basa


Tembung Kerata Basa utawa jarwa dhosok yaiku negesi sawenehing tembung kanthi adhedhasar wanda-wandane tembung mau. Menawa dideleng wujude tembung mau dadi kaya cekakan utawa singkatan, nanging sejatine dudu amarga tembunge karo tegese anane dhisik tembunge. Sing perlu dingerteni menawa tegese tembung dadi memper utawa cocok karo kahanane mula ora saben tembung bisa digawe jarwa dhosoke.

Tuladha:
tebu --- tegese : antebing kalbu
garwa --- tegese : sigarane nyawa
gelas --- tegese : yen tugel ora kena dilas
piring --- tegese : sepine yen wis miring
kodhok --- tegese : teka-teka ndhodhok
kupluk --- tegese : kaku tur nyempluk
sirah --- tegese : isine rah
cengkir --- tegese : kencenging pikir, lan sapiturute.
Share:

Wednesday, 25 September 2013

Bebasan lan Saloka



Bebasan lan saloka iku sejatine padha tegese yaiku unen-unen kang gumathok sing ajeg panganggone lan ukurane nganggo pepindhan. Tegese gumathok lan ajeg panganggone yaiku tembung-tembunge ora kena diowahi kanthi ngganti nganggo tembung liya uga ora kena dikramakake. Dene ukarane pepindhan tegese ukarane ora wantah utawa ora lugu nanging kanthi pangumpamaan.

Ananging ana saperangan para winasis sing mbedakake antarane bebasan karo saloka yaiku mapan ing bab sing dipindhakake. Menawa sing dipindhakake utawa sing diumpamakake iku uwonge diarani saloka, dene menawa sing dipindhakake  iku kahanane, tindak-tanduke utawa pakaryane uwong iku arane bebasan. 

Tuladha Saloka:
a. Kebo kabotan sungu tegese uwong sing rekasa uripe amarga kakehan tanggungan (anak).
b. Bathok bolu isi madu tegese uwong sing laire ora mingsra nanging kadunungan kaluwihan.
c. Gajah ngidak rapah tegese uwong sing nglanggar wewalere dhewe.


Tuladha bebasan:
a. Nglungguhi klasa gumelar ngibaratake mung kari nemu kepenake.
b. Nabok nyilih tangan ngibaratake nggawa cilaka nanging lumantar wong liya.
Share:

Tuesday, 17 September 2013

CPNS Bahasa Jawa 2013 Kota Probolinggo Jatim

 

Pengumuman Tentang Penerimaan Seleksi CPNS Pemerintah Kota Probolinggo Tahun 2013

 

PENGUMUMAN
Nomor : 811 /  210   / 425.203 / 2013
TENTANG
PENERIMAAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH
DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO
DARI PELAMAR UMUM TAHUN 2013
Berdasarkan Surat Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor R/110.F/M.PAN-RB/08/2013  tentang Persetujuan Rincian Tambahan Alokasi Formasi CPNS Daerah Tahun 2013, maka Pemerintah Kota Probolinggo akan melaksanakan Ujian Penyaringan dalam rangka Penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil dari Pelamar Umum Tahun 2013 sebanyak 35 orang, dengan rincian jabatan dan kualifikasi pendidikan sebagaimana daftar terlampir
Klik disini
Share:

Aja Dumeh


Tegese yaiku aja kumalungkung, mamerake lan migunakake apa kang diduweni kanggo nguja hapa nepsu, apadene ngina, ngremehake, lan nyepelekake liyan.
Share:

Friday, 13 September 2013

Adigang Adigung Adiguna


Tegese yaiku ngendel-endelake kekuwatan, panguwasa, lan kapinteran sing diduweni. Adigang yaiku sipat kang ngegul-gulake kekuwataning awak (raga), kayadene kidang. tandang tanduke cukat trengginas, playune pilih tandhing. Dene adigung iku sipat kang ngongsakake pangkat, drajat, keluhuran, apadene trah tedhak turune priyagung (wong gedhe). Pawongan kang nduweni watak adigung umume dipadhakake karo gajah. Awake gedhe, ora ana sing madhani, lan yen padudon akeh menange. Dene adiguna yaiku sipat kang ngendelake kapinteran lan akal. Sipat iki umume digambarake kaya watake ula. Ula iku katone ringkih, nanging wisane mbebayani.
Share:

Thursday, 7 February 2013

KAMUS BASA JAWA - INDONESIA (abjad D)

  
      dadak (ta)     harus, terpaksa      
      dadakan (tkr)     tanpa rencana      
      dadakan (ta)     pemicu timbulnya permasalahan      
      dadar (ta)     makanan/ telor digoreng melebar tipis      
      dadèn-dadèn (ts)     jadi-jadian      
      dhadhal (ts)     runtuh terbawa arus air     
      dadi (ts)     jadi      
      dados; dados (ts)     jadi      
      dagang (tk)     berdagang      
      dahana (ta)     api     
      dahuru (ta)     huru-hara     
      dahwèn (ta)     suka mencerca     
  (ts)     dalah  (tpy)     dan; bersama dengan     
  (ts)     dalan  (ta)     jalan     
  (ts)     dalem  (ta)     rumah     
      dalu; dalu (ta, tkr)     malam     
  (ts)     damar  (ta)     lak      
      damar (ta)     pelita      
      damèn (ta)     barang padi      
      dami (ta)     jerami nangka      
      damu (tk)     tiup      
      dandan (tk)     bersolek/ merias diri      
      dandan-dandan (tk)     memperbaiki bangunan (rumah dsb.)      
      dandang (ta)     periuk nasi      
      dandos; dandos (tk)     perbaiki      
      danawa     raksasa      
      dara (ta)     burung dara      
      dara (ts)     betina muda (untuk ayam)      
      darbé (tk)     milik, mempunyai      
      darma (ta)     darma, kewajiban dalam hidup      
      dasa (tw)     puluh      
      dawa (ts)     panjang      
      dawet (ta)     cendol     
      daya (ta)     daya      
      daya-daya (tkr)    bersegera      
      dédé (tkr)     bukan      
      degan (ta)     kelapa muda      
      deling (ta)     bambu      
      demèk (tk)     pegang      
      déné (tpy)     sedangkan          
      dengkul (ta)     lutut      
      désa (ta)     desa      
      déwa (ta)     dewa      
      dhadha     mengakui kesalahan      
      dhadha (ta)     dada      
      dhadhak (ta)     getah      
      dhadhakmerak (ta)     pemain dalam kesenian reog yang memakai hiasan bulu merak di kepalanya      
      dhadhu (ta)     dadu      
      dhadhung (ta)     tali      
      dhagelan (ta)     lawak     
      dhangka (ta)     tempat asal     
      dhalang (ta)     dalang      
      dhawah; dhawah (tk)     jatuh      
      dhawuh (ta; tk)     ucapan; perintah; memerintahkan      
      dhayoh (ta)     tamu      
      dhédhé (tkr)     berjemur      
      dhèdhèl (ts)     terlepas jahitannya      
      dhèdhès (ta)     bau harum yang keluar dari tubuh musang      
      dhedhes (tk)     mendesak seseorang dengan pertanyaan agar ybs mengaku/ membuka rahasia      
      dhemen (tk)     suka      
      dhèmpèt (ts)     melekat/rapat      
      dhèndhèng (ta)     daging dikeringkan dengan bumbu tertentu      
      dhéwé (tkr)     sendiri; sendirian      
      dhidhis (tk)     mencari kutu di kepala sendiril     
      dhingklang (ts)     pincang      
      dhingkluk (tk)     tunduk/menghadak ke bawah      
      dhodhog (tk)     ketuk pintu      
      dhodhos (tk)     lubangi dari bawah      
      dhompol (tw)     untaian dalam 1 tangkai  (untuk buah)      
      dhondhong (ta)     nama buah      
      dhongkol (ta)     mantan pejabat      
      dhoyong (ts)     miring      
      dhudha (ta)     duda      
      dhupak (tk)     tendang menggunakan tumit      
      dhuwit (ta)     uang      
      dhuwur (ts)     tinggi      
      dingklik (ta)     bangku kecil      
      disik (tkr)     terlebih dulu      
      dluwang (ta)     kertas      
      dolan (tk)     bertandang      
      dolanan (ta, tk)     bermain, mainan, permainan      
      donga (ta)     doa      
      dora (tkr)     tidak terus terang      
      dosa (ta)     dosa      
      drèngès (ta)     bunga sirih      
      driji (ta)     jari      
      dubang (ta)     ludah merah/ ludah orang yang makan sirih      
      duduh (ta)     kuah      
      duduh (tk)     beritahu      
      dugang (tk)     tendang dengan lutut      
      dulur (ta)     saudara      
      dulit (tk)     colek      
      dumuk (tk)     sentuh      
      dumunung (tk)     berada; bertempat     
      dunung (ta)     tempat      
      duratmaka (ta)     pencuri      
      duren (ta)     durian      
      durung (tkr)     belum      
      dustha (tk)     curi      
      duwa (tk)     tentang, lawan, tidak menyetujui      
      dwi (tw)     dua        


Share:

KAMUS BASA JAWA - INDONESIA (abjad C)

cabar (ts)     kehilangan arti      
      cabé (ta)     nama rempah untuk jamu      
      cacat (ts)     cacat      
      cadhong (tk)     menadahkan tangan      
      cagak (ta)     tongkat/penyangga      
      cakepan (ta)     lirik lagu      
      cakot (tk)     gigit      
      cambah (ta)     tauge      
      campur (tk)     campur      
      candala (ts)     jahat      
      candhik kala (ta)     semburat merah di langit pada saat senja hari      
      candra (ta)     bulan      
      candra (ta)     kiasan     
      cantrik (tg)     murid padepokan      
      candramawa (ta)     kucing hitam      
      cangkem (ta)     mulut      
      cangking (tk)     jinjing      
      cangkir (ta)     cangkir      
      cangklong (ta)     pipa      
      cangklong (tk)     menyandang di bahu (mis. tas)      
      cakra (ta)     senjata dalam pewayangan; lingkaran      
      canthas (ts)     bicaranya lantang (untuk wanita)      
      canthèl (ta)     sejenis jagung      
      cantheng (ta)     radang di jari, umumnya di ibu jari kaki akibat tertusuk kuku      
      canthing (ta)     alat untuk membatik      
      canthol (tk)     cantol      
      capil (ta)     topi petani, bentuknya bulat  berujung runcing      
      caping (ta)     topi petani, bentuknya bulat  berujung runcing      
      caplak (ta)     penyakit kulit      
      caplok (tk)     memasukkan semua ke dalam mulut      
      cara (ta)     cara      
      caraka (ta)     utusan      
      carang (ta)     ranting      
      carita (ta)     cerita      
      carup (tk)     raup      
      cathèk (tk)     gigit (anjing)      
      cathet (tk)     catat      
    catur (ts)     empat    
    caturan (tk)     bercakap-cakap    
    cawang (ta)     tanda V    
      cawet (ta)     celana dalam      
    cawé-cawé (tk)     turun tangan, ikut campur     
      cawis (tk)     sedia      
    cawik (tk)     cebok    
      cawuk (tk)     mengambil dengan cara menyendokkan tangan      
      cecak (ta)     cicak      
      cedhak (ts)     dekat      
      cédhal (ts)     cadel; tidak bisa mengucapkan bunyi tertentu dengan benar      
      cegat (tk)     hadang      
      cèkèr (ta)     kaki unggas      
    cekel (tk)       pegang    
      celempung (ta)     alat musik bagian dari gamelan      
    cekak (ts)       tidak mencukupi; ukurannya tidak memadai; pendek sekali    
    cekakakan (tk)       tertawa-tawa dengan keras    
    cekakik (ta)       ampas kopi (sisa setelah diminum)    
    celak (ts)       dekat    
      celak (ta)     penegas garis tepi mata      
      celuk (tk)     panggil      
      celak (ta)     penegas garis tepi mata      
      cemani (ts)     hitam      
      cemawis (ts)     tersedia      
      cemeng (ta)     hitam      
      cemèng (ta)     anak kucing      
      cemèt (ts)     pipih karena tertimpa/tertekan beban berat      
      cemplang (ts)     tidak sedap/ kurang pas (mis. nada, rasa)      
      cemplung (tk)     masuk (dalam cairan)      
      cendhak (ts)     pendek      
    cengkir (ta)       buah kelapa yang masih sebesar kepalan, belum berdaging buah    
      cepak (ts)     tersedia, siap      
      cepak-cepak (tk)     siap-siap      
    cepeng; cepeng    ( (tk)       pegang    
      ceplus (tk)     gigit (untuk cabai)      
      cepuk (ta)     wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan      
      cerek (ta)     tanda bunyi "re" pada aksara Jawa      
      cèrèt (ta)     cerek      
      ceriwis (ts)     banyak bicara      
      cetha (tkr)     jelas      
      cethèk (tk)     dangkal      
      céthok (ta)     sendok semen      
      cethik (tk)     menyalakan (api)      
      cethil (ts)     pelit      
      cethot (tk)     cubit besar      
      cicil (tk)     angsur      
      cicip (tk)     merasai      
      cidra (tk)     tidak menepati janji      
      cidra (tk)     curi; culik      
      cilaka (ts)     celaka      
      cilik (ts)     kecil      
      cingak (ts)     terkejut karena heran      
      cluluk (tk)     tiba-tiba berkata      
    clingus (ts)    pemalu, tidak percaya diri   
      cluluk (tk)     tiba-tiba berkata      
      cluthak (ts)     suka mencuri makanan (untuk hewan, terutama kucing)      
      clomètan (tk)     berteriak tak beraturan/bersahutan      
      climèn (tkr)     kecil-kecilan      
      cocot (ta)     mulut (kasar)      
      colong (tK)     curi      
      colok (ta)     penerangan/ obor      
      congor (ta)     hidung binatang berkaki empat      
      conthèng (ta)     coret silang      
      coplok (tkr)     tanggal      
      copot (ta)     tanggal/cabut      
      coro (ta)     kecoa      
      cotho (ts)     repot karena ditinggalkan; kehilangan andalan      
      crah (tkr)     bercerai; saling bermusuhan      
      cubles (tk)     menusuk dengan benda runcing      
      cubluk (ts)     bodoh      
      cucuk (ta)     paruh      
      cucakrawa (ta)    nama burung      
      cungkup (ta)     atap makam      
      culek (tk)     mencolok mata      
      culik (tk)     mengambil sebagian nasi yang sedang dimasak      
      culik (tk)     culik      
      cunduk (ta)     tusuk      
      cundrik (ta)     keris kecil      
      cupet (ts)     terbatas      
      cupu (ta)     wadah kecil, biasanya untuk menyimpan perhiasan      
      curek (ta)     kotoran telinga      
      cures (ts)     habis/tertumpas      
      curut (ta)     tikus bermoncong runcing      
      cuthik (ta)     tongkat penunjuk/ potongan dahan      
      cuwa (ts)     kecewa      
      cuwil (tk)     mengambil sebagian kecil      
      cuwil (tkr)     terkoyak/terpotong /pecah  sedikit di bagian tepi      
Share:

KAMUS BASA JAWA - INDONESIA (abjad B)


bab (ta)     bab, hal, mengenai      
babad (ta)     cerita sejarah      
babagan (tsb)     tentang      
babak-bundhas (ts)     babak-belur      
babal (ta)     putik buah nangka      
babar (ts)     menjadi banyak      
babaran (tk)     bersalin      
babat (ta)     bagian dalam usus sapi      
babat (tk)     tebang      
babit (tk)     mengayunkan benda dengan menahan ujungnya      
babon (ta)     induk ayam      
babu (ta)     perempuan pembantu      
babut (ta)     permadani      
bacem (tk)     peram; dimasak dengan bumbu tertentu      
bacin (ts)     bau bangkai      
bacut (tk)     lanjut      
badan (ta)     diri      
badhé (tk)     tebak      
badhé; badhe (tsb)     akan      
badheg (ts)     bau busuk      
badhèk (ta)     air tapai      
badhug (ta)     tembok rendah untuk meletakkan sesuatu      
bagaskara (ta)     matahari      
bagus (ts)     tampan      
bahu (ta)     100 m2      
bahu (ta)     bahu; tenaga      
bahureksa (ta)     penguasa      
bajang (ts)     kerdil      
bajing (ta)     tupai      
bajul (ta)     buaya      
bakal (ta)     bahan pakaian      
bakal (tsb)     akan      
bakar (tk)     bakar      
bakda (tkr)     setelah      
bakul (ta)     pedagang      
balang (tk)     lempar      
balé (ta)     rumah/bangunan      
balèn (tk)     rujuk      
bali (tk)     pulang      
balung (ta)     tulang      
banaspati (ta)     hantu berbentuk api      
bandar (ta)     agen besar, cukong      
bandar (ta)     pelabuhan      
bandhul (ta)     bandul      
banger (ts)     bau busuk (misalnya dari air keruh)      
banget (tkr)     sangat      
bangga (tk)     meronta      
bangir (ts)     mancung      
bangka (tk)     mati (kasar)      
bangké (ta)     bangkai      
bangkèkan (ta)     pinggang      
bangkèlan (ta)     buntalan besar      
bangku (ta)     bangku      
bangsa (ta)     bangsa      
banda (tk)     mengikat kedua tangan ke belakang      
bandayuda (tk)     berperang      
bandan (ta)    tawanan      
bandha (ta)    harta      
banon (ta)     batu bata      
bantah (ta)     bantah      
bantal (ta)     bantal      
bantala (ta)     tanah      
banting (tk)     banting      
banyak (ts)     angsa      
banyu (ta)     air      
bapa (tg)     bapa/ayah      
bapang (ta)     parit/ genangan air      
bar (tkr)     selesai      
barang (ta)     barang      
barang (ta)     pertunjukan kesenian berkeliling      
barat (ta)     angin      
barep (ts)     sulung      
barès (ts)     terus terang      
baris (tk)     baris      
baruna (tg)     dewa lautan      
barung (ts)     besar; utama      
baskara (ta)     matahari      
bata (ta)     bata      
batang (tk)     tebak      
bathang (ta)     bangkai      
bathara (tsd)     sebutan untuk dewa      
bathari (tsd)     sebutan untuk dewi      
bathok (ta)     tempurung      
bathuk (ta)     dahi      
bathi (ta)     keuntungan      
batih (ta)     keluarga      
baut (ts)     pintar; trampil      
bawa (ta)     pembukaan gending      
bawang (ta)     bawang      
bawang lanang (ta)     bawang berumbi tunggal      
bawèl (ts)     nyinyir      
bawéra (ts)     subur (untuk lahan)      
baya (ta)     buaya      
bayan (ta)     petugas keamanan desa      
bayar (tk)     bayar      
bayem (ta)     bayam      
bayèn (tk)     melahirkan      
bayi (ta)     bayi      
bayu (ta)     angin      
bebana (ta)     permintaan sebagai syarat      
bebandan (ta)     tawanan      
bebasan (tsb)     seperti; layaknya      
bebaya (ta)     bahaya      
bebayu (ta)     otot      
bebedhag (tk)     berburu      
bebucal; bebucal (tk)     berhajat besar      
bebudhen (ta)     kepribadian      
bebuwang (tk) berhajat besar      
bebed (ta)     kain panjang yang dipakai pria      
bèbèk (ta)     itik      
bebrayan (tk)     berkeluarga      
bebungah (ta)     hadiah      
bebendhu (ta)     hukuman      
bedhigasan (ts) tingkahnya tidak karuan; tidak bisa diam      
bengkok (ta)     tanah yang hak garapnya diberikan kepada lurah sebagai bagian dari
                        fasilitas jabatan      
becik (ts)     baik      
becus (ts)     mampu      
béda (ts)     berbeda      
béda (tk)     goda      
bedaya (ta)     tarian sakral yang menjadi ciri khas keraton      
bédhah (ts)     terbuka paksa      
bedhidhing (ta)     udara dingin di musim kemarau      
begawan (ta)     pendeta      
begundhal (ta)     kaki-tangan      
beja (ts)     beruntung      
bejat (ts)     rusak      
béka (tk)     meronta      
bekasakan (ta)     hantu hutan      
beksa (ta)     tari      
beksan (ta)     tarian      
belang (ta, ts)     belang      
belèk (tk)     iris sepanjang garis tengah      
bèlèk (ta)     kotoran mata      
belik (ta)     sumber air      
beling (ta)     kaca      
bena (ta, ts)     banjir      
bendara (ta)     majikan      
bendha (ta)     nama pohon      
bendhé (ta)     gong kecil      
bendhel (ta)     ikatan      
bendho (ta)     alat pemotong (sejenis celurit)      
bendhol (ta)     bengkak      
bener (tkr)     benar      
bengawan (ta)     sungai      
bengep (ts)     sembab      
bengi (ta)     malam      
benik (ta)     kancing baju      
bening (ts)     jernih      
benjut (ts)     menjadi empuk karena tekanan/hantaman      
beras (ta)     beras      
bèrèng (ta)     luka di sudut bibir      
berèt (ts)     tergores      
besar (ta)     nama bulan dalam kalender jawa      
bèsèr (ts)     sebentar-sebentar kencing      
besèt (ts)     sayat      
besmi (tk)     bakar      
besus (ts)     pandai; trampil      
bethèk (ta)     pintu pagar      
bekti (ta)     bakti      
beta (tk)     bawa      
betah (tkr)     betah; enggan pergi      
betah; betah (tk)     butuh      
beton (ta)     biji nangka      
beya (ta)     biaya    
binarung (tkr)     seiring; diiringi      
bingar (ts)     ceria      
binggel (ta)     gelang kaki      
bingget (ta)     tanda dikulit akbiat jepitan atau lilitan yang ketat      
biyèn (tkr)     dahulu      
blaka (tk)     berterus terang      
blalak-blalak (ts)     membeliak; besar (untuk mata)      
blanak (ta)     jenis ikan      
      blatèr (ts)     ramah; mudah bergaul      
      blarak (ta)     daun kelapa kering      
      bledhèg (ta)     guntur      
      bledhèh (tk)     terbuka kancingnya (untuk baju)      
      blèdru (tkr)     salah pilih/tertukar karena mirip      
      bléncong (ta)     lampu minyak untuk penerangan dalam pagelaran wayang kulit      
      bléndrang (ta)     sisa masakan bersantan yeng sudah dipanaskan berkali-kali      
      blereng (ts)     tidak nampak jelas; kabur      
      blesek (tk)     membenamkan ke dalam tumpukan      
      blirik (ts)     berbintik kecil  (mis. panci, ayam)      
      bloloken (tkr)     silau      
      blondho (ta)     endapan yang dihasilkan dalam pembuatan minyak kelapa      
      blorok (ts)     bulunya berbintik hitam putih (untuk ayam betina)      
      bluluk (ta)     buah kelapa yang masih sebesar telur      
      bocah (ta)     anak      
      bodho (ts)     bodoh      
      bodong (ts)     pusar yang menonjol keluar      
      boga (ta)     pangan      
      bojo (ta)     suami/isteri      
      bokong (ta)     pantat      
      bokor (ta)     mangkuk besar      
      bolong (ts)     berlubang      
      bolot (ta)     daki      
      bonang (ta)     alat musik pukul, bagian dari gamelan      
      bong (tk)     bakar      
      bong (ta)     makam Cina      
      bong (ta)     tukang khitan      
      borok (ta)     luka lama      
      boyong (tk)     pindah      
      brabak (tk)     berubah merah (wajah)      
      brahala (ta)     raksasa sebesar gunung      
      brahmana (ta)     pendeta       
      brambang (ta)     bawang merah      
      bramantya (ts, ta)     marah, kemarahan      
      brangasn (ts)     mudah marah      
      branta (ta)     asmara      
      brastha (tk)     berantas      
      bréwok (ta)     bercambang      
      brindhil (ts)     habis jarena dicabuti      
      brodhol (ts)     terlepas ikatannya      
      brudhul (tk)     keluar berama-ramai/berbarengan      
      brobos (tk)     masuk melalui celah atau kolong      
      brojol (tk)     keluar sebelum waktunya; keluar dari bungkusan      
      brongkos (tg)     nama masakan      
      brukut (ts)     terbungkus rapat      
      brutu (ta)     tunggir ayam      
      bubar (ts)     bubar; selesai      
    bubul (ta)    semacam bisul di telapak kaki   
    bubur (ta)    bubur   
    bubut (tk)    mencabuti   
      buda (tg)     rabu      
      budeg (ts)     tuli      
      budeng (tg)     kera hitam      
      bujana (ta)     hidangan      
      bujel (ts)     tumpul      
      bulak (ts)     pudar warnanya      
      bulak (ta)     daerah terbuka/ padang      
      bulan (ta)     bulan      
      bumbu (ta)     bumbu; rempah-rempah      
      bumbung (ta)     tempat berbentuk pipa besar atau terbuat dari bambu      
      bumpet (ts)     tersumbat      
      bunder (ts)     bundar      
      bundhas (ts)     melecet (cedera)      
      bundhel (ts)     ujungnya membulat      
      bundhet (ts)     diberi ikatan mati pada ujungnya (mis. benang)      
      bung (ta)     rebung      
      bungah (ts)     gembira     
      bungkem (tk)     diam; tidak mau mengatakan apa-apa      
      bungkik (ts)     kerdil      
      bungkil (ta)     ampas minyak kacang      
      bungkus (ta)     bungkus      
      bungur (tg)     nama tanaman      
      buntel (tk)     bungkus      
      buntet (ts)     buntu; tidak berongga      
      buntil (ta)     masakan terbuat dari kelapa muda, ikan teri dan daun keladi sebagai pembungkus      
      buntu (ts)     buntu      
      buntung (tsa)     hilang/patah bagian ujungnya      
      burek (ts)     legap      
      bureng (ts)     tidak jelas terlihat      
      buri (tkr)     belakang      
      burik (ts)     bopeng      
      buru (tk)     kejar      
      buruh (ta)     bekerja untuk orang lain      
      busana (ta)     pakaian      
      busana (tk)     berpakaian      
      buthak (ts)     botak      
      buthuk (ts)     membusuk (untuk ikan)      
      buwang (tk)     buang      
      buyut (ta)     cicit      
      buyuten (ts)     bagian tubuhnya bergerak-gerak tidak terkendali karena ketuaan      
Share:

KAMUS BASA JAWA – INDONESIA (abjad A)

KAMUS BASA JAWA – INDONESIA


Katrangan  (Keterangan)
 (ta) tembunga aran = kata benda
 (tg) tembung ganti = kata ganti
 (tk) tembung kriya = kata kerja
 (tkr) tembung katrangan = kata keadaan
 (tpw) tembung panguwuh = kata seru
 (tpr) tembung pangarep = kata depan
 (tpy) tembung panyambung = kata sambung
 (ts) tembung sipat = kata sifat
 (tsd) tembung sandhangan = kata sandang
 (tw) tembung wilangan = kata bilangan


abab (ta)     hawa mulut      
abang (ts)     merah      
aba-aba (ta)     aba-aba      
abar (tk)     menguap (zat cair)      
abuh (ts)     bengkak      
abrit ; abrit (ts)     merah      
abyor (ts)     bertebaran memenuhi (mis. bintang bertebaran memenuhi langit)      
acung (tk)     menunjuk ke atas/ unjuk jari      
ada-ada (ta)     inisiatif      
adang (tk)     menanak nasi      
adas (ta)     nama tanaman      
adi (ts)     bernilai tinggi; mempunyai kelebihan      
adil (ts)     adil      
adhang (tk)     menunggu di tempat yang akan dilewati     
adhem (ts)     dingin      
adhep (tk)     hadap      
adhi (ta)     adik      
adoh (tkr)     jauh      
adol (tk)     menjual      
adu (tk)     adu      
adus (tk)     mandi      
agama (ta)     besar; agung      
agul-agul (ta)     andalan; jagoan          
agung (ta)     api      
agem (tk)     pakai      
ageman (ta)     pakaian      
ageng (ts)     besar      
agni (ta)     api      
aja (tpw)     jangan     
ajag (ta)     anjing hutan     
ajak (ts)     ajak     
ajang (ta)     wadah      
ajar (tk)     ajar, belajar      
ajeg (tkr)     tetap      
ajeng (tsb)     akan      
aji (ta)     nilai; harga      
ajur (ts)     hancur      
akas (tkr)     alon      
akas (ts)     perai, keras (untuk nasi)      
ala (ts)     buruk      
alangan (ta)     halangan      
alas (ta)     hutan      
alem (tk)     puji      
aleman (ts)     manja      
alesan (ta)     alasan      
aling-aling (tk)     bersembunyi di balik      
alis (ta)     alis      
alok (tk)     berkata      
alu (ta)     antan      
alum (ts)     layu      
alun-alun (ta)     lapangan di tengah kota      
alus (ts)     halus      
aluwung (tpb)     lebih baik      
ama (ta)     hama      
aman (ts)     aman      
amarga (tpy)     karena      
amargi; amargi (tpy)     karena      
amba (ts)     lebar/luas      
ambah (tk)     jejak/jelajah/datangi      
ambal (tk)     ulang      
ambar (tk)     tersebar (untuk bau harum)      
ambeg (ts)     berwatak      
ambèn (ta)     balai-balai      
ambèr (tkr)     meluap (air)      
ambet; ambet (ta)     bau      
amblas (tk)     lenyap seketika      
ables (tk)     melesak      
ambrol (tk)     runtuh      
ambruk (tk)     tumbang/roboh      
ambu (ta)     bau      
ambung (tk)     cium      
ambus (tk)     endus      
mbyar (tk)     berserakan      
ambyuk (tk)     menjatuhkan diri      
 ambyur (tk)     mencemplungkan diri ke dalam air      
amèk (tk)     mencari      
amem (ts)     melempem      
amem (ts)     sunyi      
amis (ts)     anyir      
ampas (ta)     ampas      
ampek (tkr)     sulit bernafas; sesak (untuk dada)      
ampil; ampil (tk)     pinjam      
ampak-ampak (ta)     kepulan debu     
amping-amping (tk)     berlindung di balik sesuatu     
ampo (ta)     nama jajanan terbuat dari tanah jenis tertentu     
amrih (tpy)     agar, supaya     
anak (ta)     anak      
anda (ta)     tangga      
andaka (ta)     banteng      
andika (tg)     anda      
ancang-ancang (ta)     persiapan, mengambil kuda-kuda      
ancas (ta)     tujuan      
ancur (ta)     air raksa      
ancik (tk)     menginjak      
ancer-ancer (ta)     prakiraan; ancar-ancar      
andhap (ta)     bagian bawah/rendah      
andhang (ta)     tangga kayu berkaki empat      
andheng-andheng (ta)     tahi lalat      
andhong (ta)     sejenis kereta kuda      
andum (tk)     berbagi      
angen-angen (ta)     pemikiran/ingatan     
anget (ts)     hangat      
angga (ta)     tubuh      
anggak (ts)     sombong      
anggara (tg)     selasa      
anggarbini (tk, ts)     hamil      
anggep (tk)     anggap      
angger (tsb)     asalkan      
angger-angger (ta)     peraturan      
anggur (ta)     anggur      
anggon (tk)     tempat      
angin (ta)     angin      
angin-angin (tk)     mencari udara      
angkah (ta)     maksud      
angkara (ta)     angkara      
angker (ts)     angker      
angler (tkr)     nyenyak      
angluh (tkr)     dengan penuh rasa tidak berdaya mengahadapi situasi yang ada      
angon (tk)     mengembala      
angop (tk)     menguap      
angsal (tk)     dapat      
angslé (ta)     nama minuman      
angslup (tk)     tenggelam      
angur (tsb)     masih lebih baik      
angus (ta)     angus      
anjlok (tk)     turun tiba-tiba      
anjok (tpr)     tiba di      
anèh (ts, tkr)       aneh    
anèm (ts)       muda    
anom (ts)       muda    
antawecana (ta)   Penggambaran sinopsis cerita, adegan, tokoh pagelaran wayangyang  
                            disampaikan oleh dalang dengan cara dilagukan     
antem (tk)     pukul/hantam      
anteng (tk,ts)     tenang      
antop (tk)     bersendawa      
antuk (tk)     dapat      
anyang (tk)     tawar (harga)      
anyang-anyangen (ts)     merasa seperti ingin kencing       
anyar (ts)     baru      
anyel (ts)     jengkel      
anyep (ts)     tawar      
anyep (ts)     dingin (tubuh atau bagian tubuh)      
anyes (ts)     dingin (benda)
apa (tg)    apa      
apal (ts))     hafal      
apem (ta)     apam      
apes (tk)     sial      
apek (ts)     bau tidak sedap yang berasal dari barang usang atau kamar yang lama
                        tertutup      
api-api (tk)    pura-pura      
apik (ts)     baik      
apu (ta)     kapur sirih;      
apura (ta)     maaf      
apus (ta)     sejenis bambu     
apus (tk)     bohong      
ara-ara (ta)     padang      
arah (ta)     arah      
aran (ta)     nama      
arang (tkr)     jarang      
arang-arang (ts)     jarang      
aren (ta)     enau      
areng (ta)     arang      
arep (tsb)     hendak      
arga (ta)     gunung      
ari (tg)     adik      
ari-ari (ta)     tali pusat      
aris (tkr)     lugas      
arit (ta)     sabit      
arsa (tkr)     akan ; depan      
arta (ta)     uang      
aruh-aruh (tk)     menyapa      
arus (ts)     anyir      
arwah (ta)     arwah      
asal (ta)     asal     
asat (ts)     habis airnya (untuk sungai, danau, dsb.)     
asah (tk)     asah      
asih (ta)     kasih      
asin (ts)     asin      
asrep; asrep (ts)     dingin      
asma (ta)     nama      
asmara (ta)     asmara      
asmarandana (tg)     nama metrum macapat      
asor (ts)     nista      
asor (tkr)     kalah      
asrep; asrep (ts)     dingin      
asri (ts)     menyenangkan untuk dipandang      
asta (ta)     tangan      
asta (tk)     bawa     
asu (ta)     anjing      
asung (tk)     menghaturkan      
asem (ta)     asam (buah)      
ati (ta)     hati      
ati-ati (tkr)     hati-hati      
atis (ts)     dingin (untuk hawa, udara)      
atos (ts)     keras      
atur (tk)     atur      
aturi (tk)     beri; persilakan      
atus (ts)     tidak lagi mengandung air      
awak (ta)    badan, tubuh     
awan (ta, tk)     siang      
awang (tk)     berhitung tanpa alat bantu      
awang-awang (ta)     langit bebas      
awas (ts)     tajam (pengelihatan)      
awas (tpw)     awas      
awèh (tk)     beri      
awèt (ts)     tidak cepat rusak     
awit (tpy)     karena     
awis ; awis (tkr)     mahal      
awis-awis; awis-awis (ts)     jarang      
awoh (tk)     berbuah      
awon awon (ts)     jelek/buruk      
awor (tk, tkt)     bercampur dengan      
awrat (tk)     berat      
awu (ta)     abu      
awur (tk)     sebar      
awur (tk, tkt)     asal-asalan      
awut (tk)     membuat berantakan      
ayahan (ta)     kewajiban      
ayam; ayam (ta)     ayam      
ayem (ts)     tentram (hati)      
ayo (tpw)     ayo      
ayom (tk)     perlindungan      
ayu (ts)     cantik      
aywa (tpw)     jangan
Share:

Main Menu