Main Menu

Pages

Thursday, 11 June 2009

Sinau Aksara Jawa

The Javanese alphabet (Aksara Jawa)

Aksara consonants (Aksara Konsonan)

Consonants

Pasangan consonants (Pasangan Konsonan)

Capital consonants

Aksara murda consonants (Aksara Murda Konsonan)

Capital consonants

Numerals (Angka Jawa)

Javanese numerals

Sample text in the Javanese alphabet (Lord's Prayer) (Contoh Mudahnya)

Javanese sample text

Transliteration (Terjemahan)

Rama kahula hīkā wonten 'ī swarga. wasta sampeyan dadossa subši. sadžaman sampeyan rawuḥha. kars sampeyan dadossa 'ī bumi kados 'ī swarga. redžekki kahula kā saintendinten sukanni dinten puniki marī kahula. hambi puntan marī kahula dosa kahula, kados kahula puntan marī satungiltūgil titiyū kā salaḥ marī kahula. hambi sampun bekta kahula 'ī pertšoban. tapi tšutšullken kahula bari pada sā ṅawon, sabab sadžaman hambi kawasa sarta kamukten gusti kagū ṅannipun dumugi 'ī ṅawet. Amin

(sumber: http://www.seasite.niu.edu/Indonesian/aksara_jawa.htm)

Tuesday, 9 June 2009

UKM-KJ Unnes akan Digusur....;Matinya Kesenian Jawa


Kabar tentang akan digusurnya UKM KJ Unnes membuat resah, marah, geger, bingung, biasa aja, dan banyak juga yang sedih (yen aku terus terang jengkel, tapi ya biasa bae lah).
3 Juni 2009 di depan UKM KJ Unnes dipasang bendera setengah tiang dengan diberi aksesoris seonggok jenasah jadi-jadian yang dibungkus kain kafan ples kain batik, juga dikibarkan bendera kuning sebagai pertanda berita duka (nang apa ya ora bendera warna abang bae -sebagai tanda bahwa kita tidak setuju (bila) digusur). Sebelumnya dilakukan upacara peringatan "Kematian Kesenian Jawa" Tengah Malam sekitar jam 24.00 wib.
Singkatnya, Belum jelas nasib UKM-KJ Unnes kedepan. Kami minta kebijaksanaan dari yang "berwenang" untuk menindaklanjuti peristiwa ini. Jangan sampai hanya demi kepentingan segelintir orang atau manusia (atau yang lain juga boleh), kelompok, dll. Kalupun UKM-KJ akan dipindah kami minta tempat yang layak (luas, ber-ac -ben kaya ruang kuliah2, masa masange AC pas arep digusur thok?!-, ana kulkase barang -pengine-,dll). terakhir semoga yang mendzalimi mendapat ..... (terserah mau di isi apa).

dengan sedikit tulisan (sing elek iki) saya menyatakan sikap saya, matur nuwun

Serat Wedhatama


Serat Wedhatama sebagai Sastra Piwulang: Wahana Pendidikan Moral

Para pengarang sastra Jawa, khususnya yang hidup pada zaman kebangkitan mataram baru di Surakarta telah banyak melahirkan karya-karya yang bersumber pada keselarasan hidup antara manusia dan alamnya. Para pujangga yang namanya begitu masyhur sebagai pekerja kreatif seperti Susuhunan Pakubuana IV, Yasadipura I, Yasadipura II, Raden Ngabehi Ranggawarsita, dan KGPA Mangkunegara IV, telah mampumembawa perubahan besar pada peta kesusastraan Jawa abad itu, bahkan melalui karya mereka telah terciptalah suatu garis anutan pendidikan moral.

Sebagai hasil karya seorang pujangga, kehadiran sastra piwulang tidak pernah lepas dari fungsi penyaluran ide pribadi pengarangnya, dan bagi masyarakat pembaca karya sastra secara tidak langsung juga merupakan tawaran ide yang setiap saat akan mempengaruhi pola tingkah laku mereka. Karya sastra selain berfungsi sebagai penghibur juga dalam kasus- kasus tertentu dapat berperan aktif memberi tuntunan bagi keselarasan hidup manusia pada umumnya.

Dalam khasanah sastra Jawa yang telah berkembang jauh sejak zaman Hindu, selain dalam penceritaan suatu kisah tertentu, dikenal pula teks-teks didaktik moralistik. Ciri teks ini banyak diwarnai dengan deskripsi tata tingkah laku pergaulan sehari-hari dalam hidup bermasyarakat. Karya sastra didaktik dalam masyarakat Jawa merupakan sastra piwulang yang memberi tuntunan bagi pendidikan moral dan budi pekerti yang sebaiknya dilakukan oleh manusia berbudaya. Pada umumnya yang disebut sastra piwulang dalam tradisi kesusastraan Jawa adalah teks didiktik berbahasa Jawa yang ditulis oleh raja atau pujangga istana untuk dijadikan dasar pembentukan watak dan perilaku kerabat istana. ( Yusro Edi Nugroho, “Senarai Puisi Jawa Klasik” (Semarang: Penerbit Cipta Prima Nusantara, 2008)).

Serat wedhatama yang secara semantik terdiri dari tiga suku kata, yaitu: serat, wedha, dan tama. Serat berarti tulisan atau karya yang berbentuk tulisan, Wedha artinya pengetahuan atau ajaran, dan Tama berasal dari kata Utama yang artinya baik, tinggi, atau luhur. Dengan demikian maka Serat Wedhatama memiliki pengertian sebuah karya yang berisi pengetahuan untuk dijadikan bahan pengajaran dalam mencapai keutamaan umat manusia. ( Yusro Edi Nugroho, “ Puisi Jawa Klasik” (Semarang: Studioduabelas, 2006)).

Serat Wedhatama pernah diterjemahkan ke dalam bahasa Belanda, Inggris, dan Prancis. Majalah Djawa pernah mengadakan lomba untuk menterjemahkan ke dalam bahasa Belanda. Pemenangnya pada saat itu adalah Zoetmulder. ( S. Margana, “Pujangga Jawa dan Bayang-Bayang Kolonial” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)).

Serat Wedhatama sebagai karya sastra piwulang atau sebagai wahana pendidikan moral, karena dalam Serat Wedhatama terkandung ajaran tentang pendidikan budi pekerti yang luhur. Sehingga dapat menjadi tuntunan hidup bagi masyarakat, ajaran yang terkandung dalam Serat Wedhatama tidak hanya ditujukan bagi masyarakat jawa saja, meskipun awalnya bertujuan untuk pembentukan watak dan perilaku kerabat istana dan masyarakatnya yaitu masyarakat Jawa. Tetapi juga dapat dijadikan wahana pendidikan moral bagi masyarakat bangsa Indonesia bahkan seluruh dunia, hal ini dikarenakan ajaran yang terkandung dalam Serat Wedhatama yang memiliki sifat universal.

Serat Wedhatama selain mengandung ajaran budi pekerti yang luhur didalamnya juga terkandung ajaran yang oleh beberapa penulis seperti Soebandi dan Simuh bersifat mistik dean ajaran tasawuf. ( S. Margana, “Pujangga Jawa dan Bayang-Bayang Kolonial” (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004)).